Powered By Blogger

IMIGRASI Part I



Kamis 27 Desember 2012 nggak ada yang spesial sih ditanggal ini, sama aja seperti tanggal- tanggal sebelumnya.
            Kring..... kring... kring.... hape saya berdering (nggak sejadul itu sih nada hape saya) “Papa memanggil” saya bergegas mengangkat telpon itu “Kak kemaren udah papa kirim paketnya di loket, jemput hari ini” kata papa. “Siap bos” jawab saya.
            It mean hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan karena saya harus kuliah setengah hari dari jam 8.00-11.30 WIB, ke loket untuk mengambil kiriman papa dan harus mengantri di kantor imigrasi yang kata temen yang udah ngantri duluan “Bosen, kesel, dan banyak hal-hal yang wawwww”.
            Okay jam 11.30 WIB dengan suhu jambi yang panas membahana sekitar 32°C saya dan teman saya keluar dari kelas langsung menuju parkiran. Kami memulai perjalanan ke loket untuk mengambil kiriman Papa. Sepanjang perjalanan Teman saya menceritakan pengalamannya selama dikantor imigrasi hingga tak terasa kami sudah sampai di depan loket untuk mengambil kiriman.
            “Permisi pak saya mau ngambil kiriman Papa saya” “Atas nama siapa dan siapa pengirimnya?” saya menyebutkan dengan detail. Amplop coklat yang saya terima langsung saya buka untuk mengecek apakah kirimannya sesuai dengan yang saya minta? Ya, selembar kartu keluarga berwarna biru yang berlatarkan ideologi bangsa ini (Pancasila).
            Setelah membuka isi amplop tersebut kami melanjutkan perjalanan ke fotocopyan untuk mengcopy KK tersebut. “Pak fotocopy satu rangkap” ucap saya. “Timbal balik atau gimana Dek?” belum sempat saya jawab bapak fotocopyan langsung menyambung pertanyaan “Untuk pasport ya Dek? Berarti  nggak timbal balik” saya hanya mengangguk. Menunggu fotocopyan tersebut ada dua orang bapak- bapak yang juga mengcopy bahan- bahan pasport dan melontarkan pertanyaan “Dari mana Dek?” belum sempat saya menjawab bapak itu langsung bilang “Dari Unja ya Dek?” lagi- lagi saya hanya mengangguk. Bukannya saya sombong, tapi ingat pesan Mama “Jangan terlalu akrab sama orang yang baru dikenal”. Enggak menutup kemungkinankan orang tersebut mempunyai niat jahat ke saya? Tapi juga nggak menutup kemungkinan orang tersebut juga orang baik-baik? Ya saya hanya positif thinking aja sama semua orang dan harus tetap hati- hati juga dong ya? J

            Oke Fotocopyan KK nya siap its time untuk menyusun bahan pembuatan pasport. KTP asli, fotocopy KTP, Akte kelahiran, fotocopy akte kelahiran, Kartu keluarga, fotocopy Kartu keluarga, formulir pembuatan pasport, persetujuan orang tua dan rekomendasi dari dekan FKIP. Semua udah disusun rapi tapi saya mengecek ulang fotocopyan Kartu keluarga “Belum ada tanda tangan kepala keluarga” what should I do? Nggak mungkinkan Kknya harus menempuh jarak 419 km Jambi- kerinci yang menghabiskan waktu semalaman? Kalo pun itu mungkin maka hanya akan memperlambat proses pembuatan pasportnya ada. Oke inisiatif pertama dan terakhir “Harus menandatangani KK tersebut” takut sih ntar dijerat pasal Pasal 263 dan pasal 266 KUHPidana yang diancam enam tahun penjara. Sesuatu banget “Nggak impas ama kesalahan yang dibuat” Setelah dipikir- pikir lagi “Nggak mungkin Papa nuntut anaknya sendiri atas pemalsuan tanda tangan tersebut” tanpa fikir panjang saya langsung mencoret KK itu  dengan tanda tangan Papa (Walaupun nggak mirip- mirip amat) J.
            Karena tidak ingin bahan saya salah untuk yang kedua kalinya, saya mengecek hal- hal kecil yang menurut saya tidak terlalu berpengaruh, seperti ejaan nama, singkatan alamat dan NIK. Saya sangat terkejut saat melihat NIK di KK dan NIK di KTP saya juga berbeda. Akankah bahan saya ditolak lagi oleh petugas Imigrasi? Semoga aja TIDAK.
            Dengan sikap pesimis kami melanjutkan perjalanan ke kantor Imigrasi. “Apakah masalah kecil ini akan dipermasalahkan?” Semoga tidak.
Jam 12.00 WIB saya sampai ke kantor Imigrasi dan saat itu petugas- petugas yang ada di sana masih istirahat makan siang. Kami diharuskan menunggu. Setelah petugasnya datang saya langsung ke loket pelayanan Pasport karena saya sudah punya no antrian 59 dan dengan PD saya berkata “Mbak ini bahan dari Unja yang salah kemaren” “Maaf mbak No antriannya hanya berlaku satu hari, silakan mengambil no antrian yang baru” dengan perasaan yang agak kecewa saya mengambil no antrian yang baru “No antrian 80” Bahan tersebut langsung saya serahkan kembali ke loket pembayaran pasport dan saya diminta menunggu untuk pemeriksaan bahan tersebut.
            Dengan suasana hiruk pikuk kantor imigrasi tersebut saya sedikit tidak nyaman karena ada beberapa orang yang melontarkan pertanyaan- pertanyaan yang menurut saya terlalu KEPO. “Mbak mau kemana?bla .... bla.....” “Mbak dari mana?......bla....blaaa” “Mbak ngurus pasport ya? Mau dibantu?........” dan masih banyak pertanyaan pertanyaan lain yang membuat mood saya hilang “Mau jadi TKW ya Mbak?” --___--“ .
            Kami segera menjauhi orang- orang tersebut dan bertemu dengan teman- teman satu kampus yang sedang mengantri untuk pemotretan (Model kali ya). Saya menceritakan mood saya yang hilang karena pertanyaan- pertanyaan tersebut. Teman saya menjawab “Udah biasa gitu, itu calo yang nyari mangsa”. Cuek bebek aja kalo gitu.
            Jam 14.00WIB loket imigrasi tutup dan tidak menerima permohonan pasport lagi. Tapi bahan saya yang diperiksa itu juga belum ada kabarnya setelah lebih dari 2 jam menunggu. Jujur saya bosan hanya duduk dan menunggu sesuatu yang belum pasti itu. Sempat beberapa kali saya bertanya kepada petugas “Mbak udah selesai pemeriksaan bahan saya?” Lagi- lagi Mbak- mbak imigrasi hanya menjawab “Belum dek, masih banyak bahan yang diperiksa” say kembali duduk dan bercerita dengan salah seorang mahasiswa yang juga menunggu “Mbak no bahan mbak berapa?” “68” “Udah dipanggil?” “Belum juga padahal dari jam 10 pagi tadi ngantri di sini” saya  terkejut karena saya baru datang 2 jam setelah mbak yang tadi dan no bahan saya 22 angka setelah mbak itu! Mau selesai jam berapa?
            Semakin sore tingkat kebosanan saya semakin bertambah. Hampir jam 4.30 baru mbak yang tadi dipanggil. Seakan mendapat angin segar, beberapa nomor lagi nomor bahan saya. Ya, tebakan saya benar. Nama saya dipanggil sempat cemas, takut bahan saya nggak diterima (lagi) alhasil bahan saya di terima dan  mendapat jadwal pemotretan tahun depan on Wednesday, Jan 2nd 2012. Semoga semuanya lancar dan GOOD LUCK untuk perjalanan ISSTE 2010 J