Powered By Blogger

Sejujurnya "Aku Menyayangimu"


                Hari ini 19 januari 2012, sudah genap empat tahun setelah hari itu. Tapi tak satupun kenangan kita yang terlupakan.
                Aku masih ingat detik- detik mendebarkan itu.  Sabtu, 19 Januari 2008 jam 12.05 WIB Saat kamu memintaku mengantarmu pulang. Seperti biasa perjalanan yang kita lanjutkan ke Bandara Depati Parbo (Nama bandar udara di daerahku) kita duduk di pelataran bandara tepat  di bawah pohon kedua dari gerbang. Kita bercerita tentang “KITA” iya hanya ada “Kamu, Aku dan perasaan kita” yang telah kita rajut sejak kelas satu SMP. Untuk pertama kalinya kamu mengungkapkan semua isi hatimu kepadaku. Semua perasaanmu yang telah kau pendam selama lebih dari tiga tahun.
                Aku terdiam, tak mampu membuka mulutku untuk mengeluarkan semua isi hatiku. Mulutku seakan terkunci tak mampu mengeluarkan kata demi kata bahwa sesungguhnya “Aku juga mempunyai rasa yang sama jauh sebelum kau menyadari itu”.
                Aku juga sudah lama menyimpan rasa yang sama, sejak awal kita menduduki kelas ini. Tak sedetikpun waktu yang ku buangv sia- sia untuk mengedipkan mata saat kamu memperkenalkan diri dalam pencalonan ketua kelas. Aku kagum padamu, Aku melihat sesuatu yang berbeda pada dirimu, Aku merasa Allah SWT telah mengirim malaikat dari surga untuk menemaniku. Aku tercengang kagum saat kamu bertanya “Siapa nama kamu?” padahal pertanyaan itu kau tanyakan pada 32 orang siswa di kelas kita.
                Kita melalui masa- masa indah SMP bersama, tiga tahun kita melewati hari dalam kelas yang sama, dalam persoalan yang sama. Kita selalu bersama. Tapi saat itu kita hanya bisa menjadi teman “HTS” iya karena saat itu aku terlalu fokus dengan studiku dan aku tau kamu tak punya keberanian untuk menyatakan perasaanmu itu.
                Aku bisa membaca perasaanmu, aku tau apa inginmu saat itu dan aku juga tau semua itu tidak terjadi karena kamu tidak mempunyai keberanian untuk “Mengungkapkan itu semua”.
                Aku dengan sabar menunggumu mengumpulkan semua keberanianmu untuk mengatakan “Aku mencintaimu”. Tapi waktu itu tak kunjung datang.
                Aku masih ingat saat kau mengerjai ku, berpura-pura sebagai cewek lain yang seolah- olah marah kalo aku dekat denganmu. Aku masih ingat isi smsmu itu “Eh lo ****** ya? Ceweknya ****? Gue ingatin sama lo, jangan ganggu dia lagi”. Aku sama sekali nggak risih karena aku tau di hatimu saat ini hanya ada aku. Aku tau sms itu dikirim hanya sebagai jalan agar kamu bisa lebih dekat denganku.
                Sudah terlalu banyak waktu yang kita habiskan berdua, untuk mengerjakan PR bersama. Kamu selalu ingin duduk di sampingku saat pelajaran Biologi dan Fisika di Labor MIPA dan sebaliknya Aku selalu bertanya tentang pelajaran Iqra’ padamu karena aku belum pernah mempelajari itu di TPSQ  ku. Kita selalu bersama- sama ke kantin Sekolah saat pertukaran jam dan istirahat siang. Kita selalu berkumpul bersama  di perpustakaan (bukan untuk membaca buku) hanya untuk mencari kesempatan berdua. Kita menghabiskan waktu berdua setiap minggu pagi di ekskul Silat dan dilanjutkan dengan senam bersama. Kita menghabiskan freetime hanya untuk sharing pribadi masing- masing.
                Aku juga tau kau sudah berkorban banyak untukku. Kau selalu membelaku di kelas, kau memberi perhatian lebih untukku. Saat aku terlambat atau tidak masuk tanpa kabar, dengan spontan kau membuat surat izin untukku. Dan sepulang sekolah kau selalu menanyakan padaku “Kenapa nggak masuk tadi?”  Kau jugamemberikan catatanmu padaku dan selalu mengingatkanku untuk menyalin catatanmu itu. Tapi saat aku bilang “Aku malas nyatat” dengan sabar kau hanya memberikan senyumanmu seraya mengambil catatan itu dan mencatati nya untuk ku.
                Dan dengan sabar kamu selalu menemaniku menunggu Ayahku menjemputku. Setiap hari kau menawarkan diri untuk mengantar jemputku. Dan satiap hari juga aku menolak itu. Semua itu kulakukan karena aku menyayangimu dan aku tak ingin terjadi apa-apa padamu saat pulang dari mengantarku.
                Sebenarnya Aku sudah menyayangimu jauh sebelum pengorbananmu selama ini. Terimakasih karena sudah mengajariku arti kebersamaan, arti perhatian dan pengorbanan.

0 komentar: