Powered By Blogger

Surat Untuk Ibu


            Untukmu Ibu
            Di hari Ibu ini 22 Desember 2011 Ku ingin melihat Ibu senyum saat Ibu mulai membuka suratku dan mulai membaca suratku ini. Ibu apa kabarmu di sana? Ananda di sini baik- baik saja, Ananda hanya ingin menyampaikan permintaan maaf kepada Ibu karena hanya surat inilah yang bisa Ananda kirimkan sebagai pengganti kita untuk bertatap muka.
            Ananda minta maaf saat Ibu terbaring lemah di Rumah Sakit, Ananda tak bisa mendampingi Ibu, Ananda tak bisa memegang tangan Ibu setiap kali Ibu merintih menahan sakit itu, Ananda tak bisa melayani Ibu, Ananda tak bisa memberikan perlindungan kepada Ibu. Ananda minta maaf, Ananda tak bisa membalas semua kasih sayang Ibu, Ananda belum bisa mengurus Ibu seperti Ibu mengurus Ananda.
            Bukannya Ananda tidak peduli, sebenarnya hati ananda teriris tak kuasa membayangkan rasa sakit itu, diri ini berselimutkan sedih dan berpakaian duka, bola- bola bening itu mengalir dari sudut mata ananda saat mendengar berita Ibu terbaring sakit. Andai rasa sakit itu bisa di bagi, maka ananda akan mengambil semua rasa sakit Ibu. Ananda rela menanggung semua rasa sakit ibu, Ananda ingin melindungi Ibu seperti Ibu melindungi ananda dulu, ananda ingin mengurus Ibu seperti Ibu mengurus ananda dulu. Ananda ingin mencurahkan semua kasih sayang ananda kepada Ibu.
            Maaf ananda belum bisa berbuat banyak untuk Ibu, ananda hanya bisa duduk bersimpuh seraya menadahkan tangan dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Agung untuk kesembuhan Ibu. Ini hanya masalah waktu Bu, ananda akan segera berada di samping Ibu jika sudah waktunya. Ananda merindukan Ibu.
Ananda sangat merindukan Ibu, Ananda rindu setiap pagi saat membuka mata, ananda bisa mendengar suara Ibu “Nak shalat shubuh”. Ananda rindu saat setiap kali ananda pamit dan mencium tangan ibu, dan ibu berkata “Nak hati- hati di jalan!” Ananda rindu saat Ibu menelpon “Nak dimana sekarang? Udah sore!” Ananda rindu saat ibu bertanya dan meminta “Nak mau makan apa kita malam ini?” “Nak bantu Ibu masak!” Ananda rindu semua suasana seperti itu Bu.
            Sudah hampir dua tahun Ananda menjalani hari tanpa suasana seperti itu Bu. Awalnya terasa begitu sulit menjalani semuanya tanpa Ibu, tapi alhamdulillah semuanya menjadi terbiasa karena doa dan kepercayaan Ibu bahwa ananda bisa, ananda mampu. Ananda selalu terbangun saat adzan shubuh berkumandang, Ananda terbiasa berangkat kuliah tanpa mencium tangan Ibu, tapi ananda yakin, doa Ibu selalu menyertai setiap langkah kaki ananda. Ananda tau rasa cinta Ibu ada di setiap hembusan nafas Ananda. 
           

0 komentar: