Powered By Blogger

Selamat Jalan semoga bahagia dengan jalan hidup yang telah kita pilih”


Sudah hampir sebulan aku menjalani komitmen kita “You and me have to run on our own way” tapi bayang- bayangmu masih selalu mangikutiku kemanapun aku pergi meski terasa kabur kian hari. Ia ada dibelakangku saat aku bercermin. Ia menyuapiku saat aku makan. Ia duduk disampingku saat aku sibuk bekerja. Ia mengusap kepalaku saat aku letih. Ia ikut tersenyum saat aku memaksa tertawa meski semu. Ia menyeka airmataku saat aku terisak disudut kamar. Ia memelukku hangat saat tidurku terasa menggigil. Ia ada dihatiku. Dikepalaku. Didarahku. Dihidupku. Ia dimana-mana. Bayangmu dimana-mana.
Aku masih ingat memori indah saat kita berjuang untuk bersama. Perjuangan menyatukan semua perbedaan yang kita miliki, begitu panjang jalan yang sudah kita tempuh, begitu tajam jalan kerikil yang kita lalui, begitu banyak keringat yang tertumpah hanya untuk menyatukan kita, meyakinkan orang- orang di sekeliling kita kalau kita bisa melewati semuanya. Ingatkah kamu akan semua janji yang pernah terucap “Kita akan bersama, akan selalu bersama, semuanya akan kita lalui bersama, jarak tak akan memisahkan kekuatan cinta kita”. Kemana semua itu?
Sejuta cerita saat berdua seakan hilang di telan jarak “Antara kita”. Semuanya berubah sejak kita memutuskan menjalani kehidupan masing- masing. Jantungku berhenti berdetak, darahku berhenti mengalir saat aku tau aku harus menjalani hidup tanpa kamu. Aku yakin aku bisa menjalani semuanya tanpamu.
Waktu terus berputar, tak kusadari sudah hampir sebulan aku hidup tanpa mu. Aku terbiasa melakukannya sendiri, aku belajar memanage waktuku sendiri. Aku berusaha tegar Aku harus bisa hidup sekuat akar beringin.
Jika ku ingat terlalu banyak air mata yang telah kutumpahkan untukmu, Aku telah melewati sejuta hujan cacian, makian yang memintaku untuk meninggalkanmu. Namun semua itu mampu aku lewati karena aku terlalu mencintaimu. Seakan mataku telah dibutakan oleh Kuasa Allah yang telah menurunkanmu ke bumi, Aku terlalu yakin kamu adalah malaikat dari surga yang dikirim sang pencipta untuk menjaga dan melindungiku. Hari- hari yang kujalani bersamamu terasa begitu sempurna walau terkadang aku harus meneteskan air mata karena tak bisa menerima takdir sang pencipta untuk menempatkan kita pada tempat yang berbeda.
Terlalu banyak halang rintang yang harus kita lalui, terlalu banyak badai yang menimpa kita. Hingga waktu yang telah menjawab semua. Kita memutuskan untuk menjalani semuanya masing- masing. Aku mengerti itu. Karena kamu layak mendapatkan kebahagiaan. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan yang kau mau. Aku rela kamu pergi dan meninggalkan semua sesak ini. Kan kusimpan semua memori tentangmu di dalam hatiku.
“Selamat Jalan semoga bahagia dengan jalan hidup yang telah kita pilih”

Bye- bye 2011 and Welcome 2012

                Malam ini hanya diisi dengan kegiatan memasak Goreng pisang bersama teman- teman serumah. Maklum anak kos di Akhir bulan dan akhir tahun, Tanggal 31 Desember 2011. Jam- jam terakhir Di bulan dan tahun ini. Berharap malam ini akan cepat berlalu dan berganti dengan hari esok berharap semua akan lebih baik di tahun 2012.
                Jam- jam terakhir di malam ini hanya diisi dengan senda gurau di ruang tamu. Kami hanya duduk bertiga di depan pintu rumah. Seraya menikmati lantunan musik dari depan rumah yang sedang tertawa ria menyambut tahun baru. Kami telah menghabiskan waktu bersama selama hampir enam bulan. Kami sudah mengetahui kepribadian satu sama lain.
                Kami tinggal berlima di rumah yang sederhana ini.
Kak Novia kakak tertua di kosan ini. Kami tidak terlalu mengenal Dia karena dia lebih sering menghabiskan waktu di kosan temannya yang tidak jauh dari kosan kami.
                Handa yang seangkatan denganku pergi keluar merayakan tahun baru mungkin. Haha... maklum Dia punya cowok.­
                Nah sekarang Di rumah hanya ada kami bertiga, Aku, Ria dan Kak Weni. Kami hanya menghabiskan hari terakhir di tahun ini dengan ditemani Goreng pisang dan cerita masing- masing. Sebenarnya Kak weni Nggak jomblo (Punya cowok), tapi Dia nggak keluar, mungkin untuk mengimbangi Aku dan Ria yang saat ini sedang “melajang” (Kasian ya!!)
                Kami bercerita tentang harapan masing- masing.
                Ria berharap “Sukses dalam materi pelajaran, segera dapat cowok karena udah hampir setahun Melajang, percintaan dan rejekinya lancar dan ingin dipermudah dalam segala hal”.
Dan kak weni bilang Cuma punya satu harapan “semoga semua Keinginannya dikabulkan oleh Allah SWT” kalo menurut aku ini sih bukannya “satu harapan” tapi “Tamak”.
                Nah kalo aku lain tapi cukup simpel kok, lebih berharap kepada kebahagiaan orang lain “Semoga orang lain  selalu berdoa untuk kebahagiaandan kesuksesanku”.
                Sebenarnya Aku dan Ria sudah punya target incaran masing- masing. Ria mengincar salah satu tetangga kami yang hanya berjarak satu rumah dari rumah Kami, Inisialnya sama dengan nama Ria “R***”, tapi kasian Ria sejauh ini hanya sekedar harapan karena belum ada jembatan penyambung antara Ria dan R***. Aku sebenarnya berani ngomong langsung dengan sang tetangga. Tapi mengingat Ria itu cewek so kami harus agak Jaim.
                R*** termasuk cowok yang agak susah di selami (emangnya Laut?) padahal kami udah ngasih sinyal,minjam cangkul dengan alasan untuk membersihkan depan rumah, sering nyagil- nyagil nggak jelas, tapi tatap aja dia nggak ngerti- ngerti dengan sinyal yang kami kasih.
                Yang bikin Ria jengkel adalah saat R*** berjalan tepat di samping Ria, jangankan “Menyapa” “melirik aja nggak” yang sabar ya Ria. Allah selalu memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
                Positif Thinking ajalah mudah- mudahan hati R*** segera luluh (Amin). Hahah.  . .
                Satu- satunya yang bikin Ria bertahan dengan kondisi yang seperti ini adalah dari ceritaku dengan Eks- tetanggaku yang tinggal di ujung jalan dekat rumahku. Aku dan Si Eks- tetangga itu sudah setahun lebih saling “Ingin mengenal satu sama lain” tapi dahulu kala (udah mulai mendongeng nich) kami sama- sama nggak punya “jembatan alias Teman Comblang”. Tapi setelah Lebaran di September 2011 ini Allah mulai membukakan jalan untuk kami (Alhamdulillah ya.....).
                Walaupun sampai sekarang hubungan kami belum jelas.
Tapi pusing mau nulis apa. Nggak konsen coz depan rumah ribut. Belum jam 12 udah bunyiin terompet and musiknya DD “Dugem Dangdut” “DJ dangdut” ato apalah......
               


Surat Untuk Ibu


            Untukmu Ibu
            Di hari Ibu ini 22 Desember 2011 Ku ingin melihat Ibu senyum saat Ibu mulai membuka suratku dan mulai membaca suratku ini. Ibu apa kabarmu di sana? Ananda di sini baik- baik saja, Ananda hanya ingin menyampaikan permintaan maaf kepada Ibu karena hanya surat inilah yang bisa Ananda kirimkan sebagai pengganti kita untuk bertatap muka.
            Ananda minta maaf saat Ibu terbaring lemah di Rumah Sakit, Ananda tak bisa mendampingi Ibu, Ananda tak bisa memegang tangan Ibu setiap kali Ibu merintih menahan sakit itu, Ananda tak bisa melayani Ibu, Ananda tak bisa memberikan perlindungan kepada Ibu. Ananda minta maaf, Ananda tak bisa membalas semua kasih sayang Ibu, Ananda belum bisa mengurus Ibu seperti Ibu mengurus Ananda.
            Bukannya Ananda tidak peduli, sebenarnya hati ananda teriris tak kuasa membayangkan rasa sakit itu, diri ini berselimutkan sedih dan berpakaian duka, bola- bola bening itu mengalir dari sudut mata ananda saat mendengar berita Ibu terbaring sakit. Andai rasa sakit itu bisa di bagi, maka ananda akan mengambil semua rasa sakit Ibu. Ananda rela menanggung semua rasa sakit ibu, Ananda ingin melindungi Ibu seperti Ibu melindungi ananda dulu, ananda ingin mengurus Ibu seperti Ibu mengurus ananda dulu. Ananda ingin mencurahkan semua kasih sayang ananda kepada Ibu.
            Maaf ananda belum bisa berbuat banyak untuk Ibu, ananda hanya bisa duduk bersimpuh seraya menadahkan tangan dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Agung untuk kesembuhan Ibu. Ini hanya masalah waktu Bu, ananda akan segera berada di samping Ibu jika sudah waktunya. Ananda merindukan Ibu.
Ananda sangat merindukan Ibu, Ananda rindu setiap pagi saat membuka mata, ananda bisa mendengar suara Ibu “Nak shalat shubuh”. Ananda rindu saat setiap kali ananda pamit dan mencium tangan ibu, dan ibu berkata “Nak hati- hati di jalan!” Ananda rindu saat Ibu menelpon “Nak dimana sekarang? Udah sore!” Ananda rindu saat ibu bertanya dan meminta “Nak mau makan apa kita malam ini?” “Nak bantu Ibu masak!” Ananda rindu semua suasana seperti itu Bu.
            Sudah hampir dua tahun Ananda menjalani hari tanpa suasana seperti itu Bu. Awalnya terasa begitu sulit menjalani semuanya tanpa Ibu, tapi alhamdulillah semuanya menjadi terbiasa karena doa dan kepercayaan Ibu bahwa ananda bisa, ananda mampu. Ananda selalu terbangun saat adzan shubuh berkumandang, Ananda terbiasa berangkat kuliah tanpa mencium tangan Ibu, tapi ananda yakin, doa Ibu selalu menyertai setiap langkah kaki ananda. Ananda tau rasa cinta Ibu ada di setiap hembusan nafas Ananda. 
           

Just For Remind Me

 Teringat daku pada masa itu,
hari-hari yang cerah ketika bersamamu
malam  yang indah ketika mendengarkan suaramu
hati yang bahagia ketika memilikimu
namun kini harus kurelakan cinta ini pergi 
Ku tak sanggup menjaga anugrah yang begitu suci
Ku tak sanggup melihat Ia tersakiti karena ulahku sendiri
Namun di balik semua itu, sejuta cinta dan kasih sayang tlah tulus ku berikan 
Terimakasih telah memberi warna dalam hidupku ini,
  #jangan pernah lupakan aku yhank

Hanya untuk meyakinkan diri "Aku bisa tanpamu, aku mampu tanpa kamu, ini untuk yang pertama dan yang terakhir untukmu, untukku, dan untuk kita"

If you ever come back

If you ever come back

I wish you could give me the cold shoulder
I wish you could still give me a hard time
I wish I could still wish it was over
But even if wishing is a waste of time 
Even if I never cross your mind
I'll leave the door on the latch 
If you ever come back
There'll be a light in the hall and a key under the mat 
If you ever come back
There'll be a smile on my face and the kettle on 
And it will be just like you were never gone
There'll be a light in the hall and a key under the mat 
Now they say I'm wasting my time
Cause you're never coming home
But they used to say the world was flat but how wrong was that now
And by leaving my door open 
I'm risking everything I own
There's nothing I can lose in the break in that you haven't taken
If you ever come back,
Iif you ever come back, Mey

"a letter for a broken soul"

Ingat kamu saat kita susah? Tiap airmata yang tercurah, tiap keringat usaha kita untuk bersama, tiap janji yang terucap lalu terikat? Kemana semua usaha kita itu? Tertiup angin perasaan sesaat. Terhempas oleh napsu yang tak mampu dikekang. Terbang dibawa emosi. Untuk kemudian menguap dan menghilang.

Aku benci kamu. Bahkan kini, saat suaramu semakin jauh dan cengkeraman sayangmu terlepas. Namun bayangmu, terus mengikuti meski terasa kabur kian hari. Ia ada dibelakangku saat aku bercermin. Ia menyuapiku saat aku makan. Ia duduk disampingku saat aku sibuk bekerja. Ia mengusap kepalaku saat aku letih. Ia ikut tersenyum saat aku memaksa tertawa meski semu. Ia menyeka airmataku saat aku terisak disudut kamar. Ia memelukku hangat saat tidurku terasa menggigil. Ia ada dihatiku. Dikepalaku. Didarahku. Dihidupku. Ia dimana-mana. Bayangmu dimana-mana.

Aku benci diriku. Ingin ku bunuh semua memori indah namun menyakitkan ini. Ingin ku buat amnesia diriku sendiri. Ingin ku teriakkan di telinga mu betapa menyesakkan sakit ini. Ingin ku hancurkan kepala bodoh ini yang isinya hanya kamu, kamu, kamu, dan kamu!

Tapi diam mu, diam mu semakin membunuhku. Perlahan. Sakit sekali. Jiwaku melayang. Kaku. Dan lalu mati.

Hanya ingin mengingat


                Hanya ingin mengingat- ingat nostalgia bersamamu menjelang kepergianmu
                Pertama kali berpapasan langsung saat kamu membantuku memasang bola lampu di rumah ku. Suasana terasa begitu hening karena tak ada yang berani membuka pembicaraan saat kamu dan aku saling menatap dari sudut ke sudut. Suasana mencair saat kita bercerita tentang perkuliahan, rencana hidup dalam lima tahun kedepan. Aku tercengang kagum saat mendengar semua rencana hidupmu untuk menghidupi dirimu dan seluruh keluargamu. Aku tak habis fikir, mengapa anak seusia kamu sudah berfikir sejauh itu? Sudah memikirkan tanggung jawabmu sebagai seorang kepala keluarga. Aku mulai memperhatikanmu, menjadikanmu sebagai panutan hidupku dan berharap kau akan menuntun hidupku esok.
                Keesokkan malamnya saat hujan dera kamu terjebak di luar rumah, sms mu masuk dengan isi berharap meminjam handuk kepada kami. Bukan bermaksud untuk mengabaikanmu tapi memang malam itu kami sedang sibuk mengurus keperluan keluarga baru kami untuk persiapan ospek. Keesokan paginya aku ngotot meminta pada temanku untuk mengucapkan terimakasih padamu karena sudah begitu banyak membantu kami.
                Aku memberanikan diri untuk menyapamu lebih dulu. Kamu pun memberikan respon yang sangat baik. Aku semakin mengagumimu dan semakin ingin tau lebih banyak tentangmu.
                Pertemuan kita pun menjadi hal yang paling aku tunggu,pertemuan pertama yang sudah lebih berarti dibanding pertemuan- pertemuan sebelumnya adalah saat aku berjalan dari arah kampus menuju rumah dan sebaliknya. Tapi kamu tak menyapaku. Ya itu wajar karena kamu fokus dengan jalan saat mengendarai motormu itu. Sorenya giliranku yang tak menyapamu karena aku benar- benra tak melihatmu di simpang jalan depan rumahmu itu. Aku terlalu terburu- buru untuk menyelesaikan tugasku.
                Keesokkan harinya pertemuan kita sudah sedikit lebih baik, kita berangkat beriringan kekampus. Tapi kita tak berani saling menyapa. Kamu malah menurunkan kecepatan motormu agar bisa berjalan di belakangku. Kita masih belum berani mengucapkan seuntai kata untuk saling menyapa.
                Hari ini kita mempunyai jadwal kuliah yang sama. Tapi seperti biasa aku berangkat 15 menit sebelum masuk sementara kamu hanya dalam selang waktu beberapa menit sebelum kuliah. Mungkin karena sudah gari stakdir dari yang di atas. Aku meninggalkan berkas- berkas penting untuk kuliah dan memaksaku untuk menjemputnya  kerumah beberapa menit sebelum kuliah di mulai. Di “pintu doraemon” (jalan pintas dari wilayah rumahku untuk menuju kampus) aku berpapasan langsung denganmu. Ini sungguh luar biasa karena untuk yang pertama kali kamu yang lebih dulu tersenyum padaku.