Powered By Blogger

Today



Orkid Hotel di wilayah belakang bukit bintang (sungai Wong)   tepatnya  di wilayah Pudu 31 Januari 2013. Cukup sedih rasanya meninggalkan kota ini karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Malaka dan Johor Baru, tentu saja kami meninggalkan KL dengan membawa sejuta kenangan. Tempat- tempat yang pernah kami singgahi seakan menjadi saksi bisu bahwa kami pernah menginjakkan kaki di sana, kami pernah mengukir cerita di sana dan semoga suatu saat kami semua bisa mengunjungi tempat- tempat itu kembali untuk mengulang kembali sejarah yang pernah kami ukir di sana.
            Orkid Hotel kamar 001, saya dan Mbak In teman sekamar saya pagi ini cukup sulit untuk beranjak dari tempat tidur, entah karena pagi ini cukup dingin atau kami yang cukup malas karena sudah empat hari kurang istirahat.
            06.30 waktu KL kami selesai bersiap-siap dan turun untuk sarapan. Suasana ruangan yang sudah sangat ramai dan sudah banyak teman- teman yang sudah selesai sarapan. Karena tidak ingin terlambat saya hanya mengambil beberapa potong roti yang telah diolesi selai sebelumnya dan memakan roti tersebut sembari berjalan keluar hotel dengan menggerek sebuah tas mungil berwarna coklat dan sebuah tas berwarna hijau jamrud di atasnya.
Diluar sana sudah menunggu dua buah bus wisata bernomor polisi 9155 dan Pak Cik Belu (nama supir bus) yang siap mengantarkan kami city tour dihari terakhir di KL ini kami akan menuju kawasan Istana Negara, menara petronas atau yang sering kita sebut twin tower, Chocolate boutique dan beberapa toko souvenir lainnya kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke dua kota lainnya yaitu Malaka dan Johor baru.
           

Takashimaya in Memorian



            Setelah kunjungan ke Nanyang Technological University (NTU) di Singapore perjalanan kami lanjutkan ke Orchard Road. Sepanjang jalan Orchard Road berdiri Mall- mall yang menjual semua barang branded, tentu saja kami ke sini bukan untuk belanja karena enggak sesuai sama ukuran kantong, Jadi cukup untuk melihat- lihat and foto- foto aja (jadi bukti pernah ke Orchard Road hehehe).
            Disini kami di ajak Mas Istiqlal (Guide) memasuki "Ngee Ann City" yaitu salah satu mall di Orchard Road yang sering juga disebut Takashimaya tepatnya dilantai 5. Dalam bahasa Indonesia “Takashimaya” berarti “Saya kasih murah” ya tentu saja karena kami bebas makan sepuasnya disini, dengan satu syarat “Semua makanan yang sudah diambil harus habis dimakan, tidak boleh mubazir (dibuang) dan jika itu terjadi konsekuensinya kami harus membayar denda SGD 5 / Gram makanan sisa” Super sekali yah makan disini.
            Sebelum masuk, Mas Istiqlal meminta kami menentukan tempat duduk terlebih dahulu, satu meja untuk empat orang. Kebetulan dua meja dipojok kanan digabung menjadi satu it mean di meja kami ada 8 orang yakni saya, Lina, Ekky Nezi, Tiara, Yuli, Liza dan Desi. Karena sistemnya prasmanan, Setelah mengambil tempat duduk, kami langsung mengambil makanan yang tersaji di meja prasmanan “Bebas mengambil makanan apa saja, syarat dan ketentuan berlaku” hehe kayak iklan aja ya.
Ini yang bikin Galau

            Berhubung Saya dan Desi enggak dapat jatah nasi karena kami antri dari arah berlawanan, kami hanya mengambil makanan Jepang yaitu beberapa potong sushi, onigiri (omusubi), sashimi karena bentuk makan- makanan tersebut sangat menarik. Pindah ke meja prasmanan yang ada di seberang kami mengambil beberapa potong tofu,aneka gorengan dan spageti (yang sebenarny makanan khas Italy). Setelah duduk di meja dan memulai untuk makan, beberapa teman satu meja yang lain membawa beberapa jenis makanan mentah yang siap dimasak, Lina membawa seporsi makanan laut yang berisi Kerang, udang dan cumi- cumi, Liza membawa satu piring buah yang terdiri dari beberapa potong apel dan jeruk sunkist, yang mengejutkan kami adalah sebuah piring yang berisi “toge dan cabe mentah” who was take this? Tentunya nggak ada yang mengaku.
Belum sempat mencicipi makanan- makanan tersebut Mas Istiqlal menawarkan kami seporsi daging sapi dan ayam mentah (saya lupa apa namanya). Kami memasak daging tersebut, awalnya emang agak- agak geli dan was- was , dengan penuh kesabaran kami memanggang daging tersebut sambil merebus Kerang, udang dan cumi dengan kaldu. Semua dimakan dengan lahap.
Jeng....jeng.... jeng... alhasil perut benar- benar kenyang dan tidak tersedia air putih disini -____- hanya segelas latte yang masih terasa pahit meski udah ditambah beberapa sachet gula yang bisa melepas haus.
Dengan perut yang sudah sangat kenyang tapi masih banyak makanan yang belum disentuh di meja, How can we eat this foods again? We were too full right now. “Mau enggak mau, suka enggak suka semuanya harus habis dong ya! *Karena ingat nominal denda yang harus dibayar kalo ada yang nyisa*”
Lidah yang enggak bisa diajak kerja sama untuk menikmati makanan – makan ini benar- benar menciptakan suasana lucu, kami terpaksa harus menelan semua makanan yang sudah ada di meja. “Lidah emang gak bisa bohong” semua makanan yang ada hanya sampai di lidah aja, enggak mau pindah ke kerongkongan saking randomnya rasa masakan itu, satu meja saling membantu satu sama lain demi meminimalisir denda yang dikeluarkan.
Muka datar karena Lidah benar- benar udah enggak sanggup untuk menelan makanan- ini, finally we got the bright idea! Ya, dengan menghancurkan makanan- makanan tersebut kemudian membuangnya ke Gelas sampah yang tersedia di meja. Hanya ini satu- satunya jalan keluar yang harus dilakukan. Semua muka kembali ceria karena lidah enggak harus disiksa dengan menelan semua makanan ini and we can’t forget this moment.
Ini foto- foto yang sempat diabadikan
Narsis sebelum makan







Sultan Thaha- Hang Nadim



Add caption
Semester lima sudah berlalu, liburanpun datang menghampiri. Liburan kali ini agak spesial karena keluarga Chemistry, Biology, Math and physic of PGMIPA-BI UNJA  2010 terkumpul dalam satu naungan fieldtrip ke Batam- Singapore- Malaysia- Malaka pada tanggal 28- 1 Februari 2013.
            28 Januari 2013 hari keberangkatan Jambi – Batam, tercatat banyak cerita mulai dari rumah sampai kembali pulang ke rumah tercinta.
Pagi itu kami sedikit terlambat datang ke Bandara karena beberapa alasan tertentu. Pertama pagi itu hujan lebat mengguyur tanah pilih pusako betuah ‘Kota Jambi” tercinta, kedua Patjar nya si Nur (Nama disamarkan) terlambat sedikit karena jarak rumah si Patjar dan Rumah Nur lumayan jauh + terjebak macet dalam perjalanan menjemput dan mengantar kami ke Bandara Sultan Thaha. Jam 9 lewat telpon, Sms, BBM dan socmed lainnya tak hentinya berdering semuanya menanyakan kami karena hanya kami berempat yang belum check-in.
            Jam 10.00 WIB tepat berada di depan Bandara dan dengan langkah seribu kami melangkah ke dalam. Setelah Chek- in dan menunggu di ruang tunggu di isi dengan pertanyaan- pertanyaan yang sama --___--“ Maaf deh udah bikin teman- teman semua kangen se kangen- kangennya karena kami udah telat 2 jam pas J .
           

Money Changer



            Packing, browsing tujuan perjalanan, nge_list oleh- oleh yang mau di beli, pamit- pamitan sama keluarga dan kerabat (minta duit sih tujuan utamanya). H-5 menjelang keberangkatan tentunya udah pada siap semua kan? So pasti kecuali “Money” yang berlaku di negara tujuan kita. Its time to go to “Money Changer” well semula saya mengira  kalo mau nukar duit ya langsung tukar aja ke Bank. Tapi kenyataannya nggak semudah and semulus yang saya fikir. Okeh sedikit ulasan pengalaman saya “Hunting $ SGD dan Ringgit Malaysia”.
            Rabu, 23 Januari 2013 kami memutuskan untuk menukar mata uang rupiah ke mata uang “Dollar Singapura” dan “Ringgit Malaysia” atau dalam bahasa bisnisnya “Forex” Merupakan singkatan dari Foreign Exhange atau pertukaran mata uang asing. Kami sudah membuat janji sebelumnya, bertemu di kampus jam 9 mengingat terlebih dahulu kami harus menyerahkan berkas kuliah terlebih dahulu. Satu, dua, tiga dan empat well kami sudah berkumpul dikampus dan akan sama- sama pergi ke Money Changer untuk menukar uang tersebut. Eh tapi ada yang kurang kemaren kami berjanji lima orang yang akan pergi. Who is not come yet right now? Uyeeaaaah satu diantara kawan kami belum datang si Cici (nama disamarkan). Sibuk menghubungi si Cici ini, hampir setengah jam menunggu barulah si Cici ini datang. Karena tidak ingin bosan menunggu si Cici yang notabene bahannya belum clear, harus ke fotocopian- sekretariat- ATM- baru bisa cau ke Money changer.
            Untuk mengurangi rasa bored saat menunggu, kami memutuskan menuju Bank Mandiri Unit depan kampus kami. Setelah memarkir motor dengan baik kami melangkah menuju pintu masuk Bank tersebut. Dari kejauhan nampak seorang Laki- laki berbadan tegap, baju putih celana dasar hitam lengkap aksesoris( senjata) ya Satpam dan polisi yang menjaga Bank tersebut “Selamat pagi ada yang bisa dibantu?” dengan ramahnya petugas Bank tersebut menyapa kami. “Selamat pagi juga pak, kami mau menukar mata uang rupiah ke Dollar Singapura danringgit pak” “Maaf sekali Dek, untuk membeli valuta asing (valas) silakan datang langsung ke Mandiri cabang di JL JEND A.YANI NO 18 TELANAI PURA JAMBI, yeaaah i know that! It is more popular with “Tikungan Broni” (istilah Jambi, karena Jambi nggak kenal Jalan tapi dinamakan berdasarkan lokasi atau tempat- tempat populer yang ada di kawasan sekitar situ).
            Setelah keluar dari Mandiri unit tersebut urusan si cici tak kunjung usai, saya dan Yanti memutuskan untuk menunggu di Bakery yang berjarak 3 buah ruko dari bank tersebut. Sementara Link-link dan Tata memutuskan untuk menunggu si Cici di depan fotocopyanyang berada tepat di sebelah Bank tersebut.
*Di Bakrery*
Setelah menghabiskan beberapa potong roti, Saya mendapatkan pesan singkat “Where are you? Cici has lost her key! Please help her looking for it” Oh well kami langsung bergegas ke TKP.
*Di depan Fotocopyan*
Terlihat dari kejauhan wajah panik si Cici, Link-link dan Tata bahkan bapak fotocopyan dan orang- orang sekitar juga ikut panik mencari kunci motor tersebut.Setelah menggeledah sekitar fotocopyan dan seluruh bawaan si Cici, mereka berarguumen “Mungkin kuncinya di bawa si abang yang juga mengcopy di sini” “owwwght what should we do? We dont have any data about that boy”. Titik cerah masih ada sisa fotocopyan abang tersebut berupa cover makalah yang tertulis Nama, Nim dan fakultas. Soon kami semua mulai mencari di socmed (twitter facebook dan bbm).
            Menunggu hasil dari pencarian tersebut, secara tidak sadar Si cici meraba saku jeansnya “its my key” sontak berita tersebut mengagetkan kami. “How embarrassed we are pas tau kunci yang bikin heboh se Mendalo itu ternyata ada di dalam saku jeans cici. Lebih parah lagi kami sudah suuzan sama abang yang mengcopy bareng si Cici dan bahkan sudah ada beberapa orang yang merespon kenal dengan orang yang kami cari tersebut. “What should we say about this?” . “Malu menguras tenaga” karena nggak mau nunjukin kesalahan ini. Salah satu dari kami mengajak sarapan (lagi) untuk saya mengingat saya sudah sarapan di bakery sebelah tadi. Link- Link mengajak makan di RM sebelah fotocopyan tersebut. We were waiting for orders to come while talking about this emrassed experience”’.
            Lets back to our planning before “Money changer” perjalanan dilanjutkan menuju Bank mandiri Cabang yang terletak di Tikungan broni. Dalam perjalanan kami terlebih dahulu mampir di Bank Indonesia karena ingat pesan dari salah seorang teman yang camernya pejabat BI “BI itu tempat nyetak duit, bukan untuk nukar duit” kami mengurungkan niat untuk masuk di BI ini. Perjalanan dilanjutkan ke Bank Mandiri Cabang.
*Bank Mandiri Cabang*
            Seperti di Mandiri unit tadi satpam dengan ramah bertanya dan kami menjelaskan panjang lebar maksud dan tujuan kami. Alhasil setelah panjang lebar (luas dong) kami mendapat titik cerah “Mau nukar dollar apa Mbak?” “$ SGD Pak” “Maaf Mbak di sini nggak bisa tukar $ SGD, bisanya $ USA” rasanya itu seperti kejatuhan meteor. Keluar dari Bank tersebut dan menuju parkir. Sedikit menggosip juga di parkiran dan bertemu lagi dengan pak satpam yang ramah baik hati rajin menabung dan tidak sombong “Mbak- mabk ini menggosip terus” Kami tertawa melihat Satpam yang bisa dikategorikan satpam KEPO. Dan kami memutuskan untuk bertanya kepada satpam “Pak selain di mandiri dimana lagi kami bisa menukar uang?” “Oh Di BI bisa tapi jadwal penukaran selasa- kamis” Selasa itu kemaren, kamis itu besok and tanggal merah. Klo harus nunggu selasa depan lagi ya nggak mungkin toh seninnya kita udah cau. “Di Danamon, Cimbniaga, Bii, BCA, Bank Mutiara (dulu namanya Bank Century) juga bisa dek” “Oke Thanks Bapak yang Kind hearted and mudah senyum ini”.
            Perjalanan dilanjutkan dan sempat terjebak hujan dan ini sama sekali nggak mengurangi semangat juang kami untuk menukar duit. Lokasi bank yang kita tuju semuanya bertetanggaan, kecuali bank mutiara.
Pemberhentian pertama “Bii” seperti prosedur biasa Hanya ada Dollar Singapur tapi syarat penukaran “Harus memiliki rekening tabungan Bii tersebut” well nyebrang ke bank Danamond and CimbNiaga dan jawabannya sama “Harus memiliki rekening tabungan bank bersangkutan”. Tapi ada pengakuan yang jujur bikin kami, saya khususnya tersanjung banget. Percakapan dengan Pak Satpam Bank danamon yang mengira kami masih SMA, oke dari segi ukuran fisik saya emang mungil- mungil gimana gitu. Tapi nggak dipungkiri saya ini lumayan cantik (efek terlalu bersyukur).
            *Bank Mutiara*
            Di depan Bank Mutiara kami bertemu dengan teman- teman lain yang udah lebih dulu udah masuk ke Bank tersebut. Di Bank ini kasusnya berbeda lagi karena ringgit dan dollar singapura sedang kosong. Tapi kalau mau ringgit masih bisa diusahakan oleh salah satu nasabah Bank tersebut (Biro jasa0 tentu saja dengan harga yang lebih tinggi. Kurs ringgit Rp.2.929,00,- / 1 ringgit, sementara di biro jasa tersebut harganya dibandrol menjadi Rp.3500,00,- / 1 ringgit. Waw berapa untung yang di raut bapak ini kalau kami menukar uang leawat bapak ini? Forgot it, pindah ke bank lain aja dulu
*Bank BCA
            Setelah mengantri beberapa saat di Bank BCA ini, tibalah giliran kami untuk melakukan transaksi. Tanpa banyak tanya teller di Bank ini sudah tau maksud dan tujuan kami karena hampir semua teman- teman melakukan transaksi di sini. Kami diminta menggabungkan transaksi kami agar masing- masing kami tidak terkena biaya materai (karena penggabungan 5 orang transaktor jadi biaya materai 5000 di bagi 5 orang, Rp.1000/orang). Kami menukar total $250 SGD dengan total kurs Rp.2.030.250,00,- Teller meminta tanda pengenal saya berupa KTP, karena proses transaksi ini tergolong lama kami sempat terlibat perbincangan tentang kegiatan kami di Sana nanti. Hampir 20 menit saya dan cici berdiri di depan teller dan kamipun diminta untuk duduk d kursi tunggu. Beberapa puluh menit kemudian barulah kami di panggil dan jeng- jeng Cuma dapet satu lembar $50 SGD yang menurut saya lebih mirip uang monopoli