Powered By Blogger

Simpang Pete!



Tempino adalah sebuah desa di Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Tempino dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera dan merupakan pintu gerbang Jambi ditinjau dari Sumatera Selatan. Ya, RT 02 Tempino ini adalah lokasi undangan kami (saya dan teman saya, sebut saja Bunga) hari ini. Sering dengar sih nama “Tempino” ini, dan udah pernah sekali lewat sana waktu mau ke Sungai Bahar, ya yang namanya sekali lewat ya lewat aja, nggak tinggal di ingatan.heheh
            Cuaca Jambi yang cukup cerah, tepatnya jam 13.00 WIB dimana suhu Jambi panasnya cetar membahana dengan suhu sekitar 33°C. Saya sampai dirumah Bunga dan kamipun memulai perjalanan. Perjalanan tanpa tau arah tujuan, what will happend today? Ya udah modal nekat dan sebuah undangan (Yah lebih tepatnya denah lokasi pestanya yang paling penting) karena wilayah destinasi kali ini nggak ada di Global Positioning System (GPS).
            Kami mengikuti arah- arah dipeta itu karena ada sebagian clue yang udah nggak asing “Hutan Pinus”, Pertamina, Mesjid dan ada satu clue yang teramat sangat membuat penasaran. Jeng.... jeng.... clue yang terakhir adalah “Simpang Pete” apa yang terlintas difikiran saat dengar “Simpang Pete”? Pohon Pete yang lokasinya di Simpang kali ya? Jujur sampe sekarang belum tau pohon Pete itu gimana!!!!! Trus apa yang bakal jadi Petunjuk buat mastiin kami udah sampe di simpang Pete apa nggak?
            Teriknya si Raja siang, ribuan partikel debu dan asap, jalan yang sedikit berlubang di daerah simpang Rimbo menjadi teman perjalanan kami. Kami dengan santai mengikuti arah jalan yang semakin lama semakin sepi, pinggang yang mulai penat, tangan yang udah mulai kram karena sudah hampir setengah jam diperjalanan dan yang membayang- bayangi benak kami “Apaka kita nyasar?” sambil melihat denah lokasi yang ada di undangan. Akhirnya kami sampai pada clue yang pertama “Hutan Pinus”. Menurut keterangan dari si “Yang Punya acara” nggak jauh dari Hutan Pinus. Jadi masih ada beberapa Clue lagi yaitu Mesjid, Sekolah, dan Pertamina.
            Sepanjang perjalanan kami fokus pada Clue-clue tersebut setelah 10 km terhitung dari Hutan Pinus kami juga belum mendapat petunjuk tentang lokasi Simpang Pete tersebut, padahal kami sudah melewati beberapa Mesjid, Sekolah, Pertamina dll tapi masih belum sampai juga. Yang ada difikiran kami “Mungkin udah lewat Simpang Petenya” “Toh kita nggak nemu simpang yang ada pohon petenya” jawab Bunga “Emang Kita berdua tau pohon pete itu gimana?” hadeeeeeh.
            Di ujung jalan sana tampak keramaian, mungkin itu lokasi pestanya (walaupun nggak ada simpang Disana) ternyata oh ternyata Keramaian di dekat kantor camat Mestong itu adalah “Pasar Tradisional”. “Malu bertanya jalan-jalan” Karena nggak mau jalan- jalan bin nyasar kami memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu Pedagang sayur di pasar itu. “Maaf Yuk numpang nanyo, dimano alamat Simpang Pete Ko? Katonyo Di Tempino tapi lah sejam kami bejalan dak ketemu jugo samo alamat ko! Kiro- kiro Ayuk tau dak?” “ooo Masih jauh kesano lagi Yuk” hadeeeeh jadi berapa jam lagi?
            Panas yang semakin terik, rumah- rumah pendudukpun semakin jarang, jalan hanya diramaikan oleh truk- truk besar yang lalu lalang membuat suasana semakin “wah”. Tanpa sadar Teman saya menjatuhkan jaketnya. Saya sudah mencegah dia untuk mengambil jaket itu mengingat kondisi jalan yang lumayan padat oleh truk. Tapi kami memutuskan untuk kembali ke belakang dan mengambil jaket itu. Truk- truk bak kereta api beriringan yang berwarna hijau tiada putus ditambah lalu lalang pengguna  jalan lain yang memadati jalan dan membuat kami harus menunggu untuk bisa menyebrang dan mendapatkan jaket itu. Semula Bunga yang berniat menyebrang untuk mengambil jaket itu. Terlihat wajah bingung Bunga untuk menyebrang. Jalan mulai terlihat sepi, karena Truk- truk yang lewat sudah berlalu dan truk yang akan  lewat masih jauh di ujung jalan sana saya langsung mengambil langkah menyebrang jalan untuk mendapatkan jaket itu.
Beberapa foto yg diambil Bunga

            Di sebrang jalan saya kembali harus menunggu Truk yang berjejer rapi lewat untuk kembali menyebrang ke tempat di mana Motor dan teman saya Bunga berada. Finally...... saya berhasil menyebrang and it means we have to continue our vacation “Finding Simpang Pete” hahah. Perjalanan dilanjutkan dan belum ada tanda- tanda keberadaan Simpang Pete. Padahal kami sudah melewati 4 Mesjid, 4 Sekolah dan bahkan 4 Pertamina. Semua Clue di Undangan udah habis, hanya modal penunjuk arah yang terpampang di jalan, penunjuk arah pertama dan kedua masih ada “Tempino” Tapi tidak untuk penunjuk arah yang ketiga, hanya ada “Palembang belok kiri, Lurus Sungai Bahar” Trus tempinonya gimana? Nggak mungkin saya lurus karena itu udah jalan ke Bahar karena masih ingat pernah lewat sana waktu mau ke Bahar.
            Bapak-bapak dengan tinggi sekitar 160 cm, sedikit berisi, ubanan dan memakai batik rapi terlihat berdiri di depan warung mungil. Masih megang prinsip “Malu bertanya jalan- jalan” kami memberanikan diri bertanya kepada seorang pemilik warung. “Permisi pak numpang tanya, tau RT 2 Tempino nggak Pak?” Bapak tersebut balik nanya ke Ibu-ibu yang duduk di sudut toko kecil itu “Kurang tau pak sini RT 4” “ooooh” Jawab saya, “Trus kalo Simpang Pete tau nggak Pak?” Dan lagi- lagi Bapak itu kembali bertanya kepada Ibu- Ibu tadi, dan lagi- lagi Ibu tadi nggak tau di mana “Simpang Pete” Tersebut. Bapak- bapak tersebut bertanya “Mau kemana Nak?” “Undangan Pak” jawab saya sambil memberikan sedikit senyum. “Weddingnya Nurhasanah?” “Loh Kok tau?” jawab saya dalam hati “Orang ini bla..... bla....” Bapak itu menjelaskan dengan panjang lebar “Iya Pak” jawab saya sambil terheran- heran “How can that Mr. Know everything about that?”Siapanya Nur?” “Kawannya kuliah ya? Kenal nggak sama yang itu” sambil menunjuk ke arah seorang cewek berbalut gamis coklat. Wajah si Cewek itu nggak asing sebenarnya, tapi ni otak juga nggak bisa ngingat ‘Who she is” “Kami juga mau ke sana, kalo mau adek ikut kami aja dari belakang” “Kapan Bapak mau ke sana?” “Sekarang” dan bapak terseburt berjalan menuju mobil. (pantesan si Bapak tiap di kasih pertanyaan selalu nanya balik ke Ibu- Ibu tadi, ternyata si bapak juga bukan pemilik warung dan bukan warga sini) hehe Maaf ye Pak.
            Perjalanan dilanjutkan dengan mengekor di belakang mobil bapak tadi, masih ada kira- kira 2 km perjalanan kami bertemu sebuah simpang dengan beberapa penjual es doger, dan sebuah warung kecil. Kami mengikut mobil belok kiri di simpang tersebut dan bertemu dengan jalan berwarna kuning yang hanya bertabur kerikil, ya, tidak ada tanda- tanda kehidupan disini, mungkin ini yang namanya simpang Pete walaupun nggak ada tanda- tanda adanya pete dan sejenisnya. Sesuai dengan sket yang ada di denah lokasi undangan tersebut. Alhamdulillah ya, sesuatu banget bertemu dengan bapak- bapak ini. Kalo nggak ada bapak ini nggak kebayang deh jalan- jalan bin nyasarnya udah sampe mana hahah. Allah selalu bersama kita :D
            Finally sampailah kami di lokasi pesta tersebut setelah menempuh perjalanan 37 km dan di sambut hangat dengan bentangan karpet merah :D. Perpaduan Kuning emas dan merah hati menjadi warna dominan pelaminan Aunty nur ini, musik dangdut dari orgen yang menjadi khas Wedding di Jambi juga menambah ramainya pesta tersebut. Selamat Menempuh hidup baru Aunty and her Husband, Happy take a rest untuk kita yang sudah menempuh perjalanan panjang ini :D
With My Besties @Tempino
           
           

0 komentar: