Powered By Blogger

Takashimaya in Memorian



            Setelah kunjungan ke Nanyang Technological University (NTU) di Singapore perjalanan kami lanjutkan ke Orchard Road. Sepanjang jalan Orchard Road berdiri Mall- mall yang menjual semua barang branded, tentu saja kami ke sini bukan untuk belanja karena enggak sesuai sama ukuran kantong, Jadi cukup untuk melihat- lihat and foto- foto aja (jadi bukti pernah ke Orchard Road hehehe).
            Disini kami di ajak Mas Istiqlal (Guide) memasuki "Ngee Ann City" yaitu salah satu mall di Orchard Road yang sering juga disebut Takashimaya tepatnya dilantai 5. Dalam bahasa Indonesia “Takashimaya” berarti “Saya kasih murah” ya tentu saja karena kami bebas makan sepuasnya disini, dengan satu syarat “Semua makanan yang sudah diambil harus habis dimakan, tidak boleh mubazir (dibuang) dan jika itu terjadi konsekuensinya kami harus membayar denda SGD 5 / Gram makanan sisa” Super sekali yah makan disini.
            Sebelum masuk, Mas Istiqlal meminta kami menentukan tempat duduk terlebih dahulu, satu meja untuk empat orang. Kebetulan dua meja dipojok kanan digabung menjadi satu it mean di meja kami ada 8 orang yakni saya, Lina, Ekky Nezi, Tiara, Yuli, Liza dan Desi. Karena sistemnya prasmanan, Setelah mengambil tempat duduk, kami langsung mengambil makanan yang tersaji di meja prasmanan “Bebas mengambil makanan apa saja, syarat dan ketentuan berlaku” hehe kayak iklan aja ya.
Ini yang bikin Galau

            Berhubung Saya dan Desi enggak dapat jatah nasi karena kami antri dari arah berlawanan, kami hanya mengambil makanan Jepang yaitu beberapa potong sushi, onigiri (omusubi), sashimi karena bentuk makan- makanan tersebut sangat menarik. Pindah ke meja prasmanan yang ada di seberang kami mengambil beberapa potong tofu,aneka gorengan dan spageti (yang sebenarny makanan khas Italy). Setelah duduk di meja dan memulai untuk makan, beberapa teman satu meja yang lain membawa beberapa jenis makanan mentah yang siap dimasak, Lina membawa seporsi makanan laut yang berisi Kerang, udang dan cumi- cumi, Liza membawa satu piring buah yang terdiri dari beberapa potong apel dan jeruk sunkist, yang mengejutkan kami adalah sebuah piring yang berisi “toge dan cabe mentah” who was take this? Tentunya nggak ada yang mengaku.
Belum sempat mencicipi makanan- makanan tersebut Mas Istiqlal menawarkan kami seporsi daging sapi dan ayam mentah (saya lupa apa namanya). Kami memasak daging tersebut, awalnya emang agak- agak geli dan was- was , dengan penuh kesabaran kami memanggang daging tersebut sambil merebus Kerang, udang dan cumi dengan kaldu. Semua dimakan dengan lahap.
Jeng....jeng.... jeng... alhasil perut benar- benar kenyang dan tidak tersedia air putih disini -____- hanya segelas latte yang masih terasa pahit meski udah ditambah beberapa sachet gula yang bisa melepas haus.
Dengan perut yang sudah sangat kenyang tapi masih banyak makanan yang belum disentuh di meja, How can we eat this foods again? We were too full right now. “Mau enggak mau, suka enggak suka semuanya harus habis dong ya! *Karena ingat nominal denda yang harus dibayar kalo ada yang nyisa*”
Lidah yang enggak bisa diajak kerja sama untuk menikmati makanan – makan ini benar- benar menciptakan suasana lucu, kami terpaksa harus menelan semua makanan yang sudah ada di meja. “Lidah emang gak bisa bohong” semua makanan yang ada hanya sampai di lidah aja, enggak mau pindah ke kerongkongan saking randomnya rasa masakan itu, satu meja saling membantu satu sama lain demi meminimalisir denda yang dikeluarkan.
Muka datar karena Lidah benar- benar udah enggak sanggup untuk menelan makanan- ini, finally we got the bright idea! Ya, dengan menghancurkan makanan- makanan tersebut kemudian membuangnya ke Gelas sampah yang tersedia di meja. Hanya ini satu- satunya jalan keluar yang harus dilakukan. Semua muka kembali ceria karena lidah enggak harus disiksa dengan menelan semua makanan ini and we can’t forget this moment.
Ini foto- foto yang sempat diabadikan
Narsis sebelum makan







0 komentar: