Adzan
shubuh berkumandang merdu yang sudah
menjadi alarm pertanda hari saya sudah dimulai. Ya, Wednesday, January 2nd
2013 hari kedua di tahun ini. Menatap reminders di kalender yang begitu banyak
dan saya diharuskan berada di dua tempat yang berbeda pada waktu yang sama.
Yang mana yang harus jadi prioritas? Dua- duanya sama-sama penting. Harus
berada di kampus tepat jam 8.00 WIB dan juga harus berada di kantor Imigrasi
dari jam 8.00-11.00 WIB.
Oke, prioritas pertama Kantor
imigrasi, semua urusan di imigrasi harus selesai sebelum jam 9 “Berharap masih bisa kuliah 30 menit
terakhir”. Karena perjalanan kampus- kantor imigrasi butuh waktu sekitar 20
menit.
Jam 7.50 saya sampai di Imigrasi
petugas- petugas imigrasi sudah menempati meja masing- masing, terlihat juga
beberapa orang yang sudah menunggu di ruang tunggu tersebut. Saya berniat
mengambil no antrian dengan lembut petugas imigrasi berkata “Maaf Mbak, 10 menit lagi kami membuka pelayanan , Mohon tunggu”
saya menunggu dengan gelisah karena hanya tubuh saya yang hampir beku
kedinginan disini, fikiran saya ada pada Physical Chemistry, mata kuliah yang
harus saya ikuti pada saat itu. Saya tidak sendiri, ada Diah teman seperjuangan
yang mengambil jurusan Biologi yang juga ada mata kuliah jam 8 ini. Kami
bercerita- cerita tentang pengalaman mengantri saat menyeleksi bahan (Imigrasi
Part I).
Jam
8.00 WIB sherine apel berbunyi yang merupakan panggilan agar petugas mengikuti
apel. Jam 8.10 WIB petugas mulai membuka pelayanan. Unfortunetly kami keduluan
oleh Ibu- Ibu tadi, no problem kami masih mendapat nomor antrian 4,5,6,7,8,9, Ya,
Diah membawa lima bahan hari itu. No antrian 4 itu diberikan kepada saya karena
Diah tidak ingin menunggu di imigrasi, Dia harus mengikuti jam pertama kuliah
dan kembali ke Imigrasi jam 10.00 WIB. Nah how about me? Jadwal saya yang full
tidak memungkinkan saya melakukan itu. Saya hanya berharap urusan imigrasi ini
cepat selesai dan saya masih bisa
mengikuti kuliah di 30 menit terakhir.
Di
ruang tunggu, Kejadian- kejadian yang tidak diinginkan kembali terjadi kali ini
bukan lagi urusan dengan ‘biro jasa yang maksa mau bantu ngurus and kita harus bayar lebih’ tapi ini lebih
aneh --___--“ . Kami dihampiri Mbak-Mbak yang wajah nggak asing. Ya, setelah
perkenalan hangat yang mencairkan dinginnya suasana kantor imigrasi pagi itu.
Ternyata Mbak- Mbak itu adalah mahasiswa tingkat akhir di Kampus saya (Pantesan
wajahnya nggak asing, senior Sih) J . Ada pertanyaan
yang menurut saya terlalu “Asal- asalan”
dari Senior tersebut. Setelah perkenalan kami memulaisebuah topic pembicaraan
baru “Udah nyampe mana urusan pasportnya
Dek?” “Tinggal foto Kak” “O.. itu bahan yang asli di bawa lagi ya? Kak lupa
bawanya” “Iya kak, kemaren d suruh bawa” “Ngomong- ngomong Adek ngurus pasport
mau kemana?” “Hehe Keluar Kak J” dengan
santai kami menjawab begitu “Kemana?” “Singapur-
Malaysia” “Oooo..... Nyari kerja ya Dek?
Kerja di mana rencananya?” tanya Senior tersebut dengan tampang tak
berdosa, kami kaget “Masya Allah si Senior ini, apalah arti tiap hari nulis
laporan, kuliah 7 hari seminggu bahkan malam minggu dan hari munggu pun kami harus berada dalam
ruangan kelas untuk kuliah! Demi apa coba bayar SPP mahal2” Kata saya dalam
hati. Udah ah cuek bebek aja and stay cool, kejadian kayak gini udah biasa
terjadi, malah minggu kemaren lebih parah karena saya di bilang “TKW” dan ada juga beberapa teman yang
dibilang “Biro Jasa” karena udah
ngeborong map and formulir sebanyak 60 lembar.
Jam
9.00 WIB Ibu- Ibu tadi yang antrian 1, 2 dan 3 dipanggil untuk sesi pemotretan
dan saya tinggal di depan ruang foto bersama model- model lain (Yang bikin
pasport juga). Gelisah iya, udah jam 9 tapi saya juga belum dapat giliran foto.
Mau kuliah jam berapa saya? Petugas imigrasi keluar dan memanggil dua peserta
istimewa, gimana nggak istimewa? Saya aja yang nomor antrian 4 belum dipanggil
masa bapak- bapak yang baru datang udah langsung pemotretan aja! How popular
they are? Sampe- sampe seleb yang satu ini dilupain. Saya langsung bertanya
kepada petugas “Pak saya datang sama-
Ibu- Ibu tadi saya nomor antrian 4 belum dipanggil! Masa bapak- Bapak itu
langsung dipanggil?” Protes saya karena nggak terima diperlakukan demikian. “Bapak- Bapak tadi udah lama ngurus
bahannya Dek!” “Saya kurang lama apa sih pak? Tahun kemaren saya ngurus
bahannya, udah setahun! Saya bela- belain datyang kesini pagi- pagi supaya
urusan saya di sini cepat selesai. Saya mau ada kuliah dari jam 8 tadi pagi” “Iya
Dek yang mana bahannya?” Tanya petugas dan saya diminta langsung masuk ke
ruang pemotretan.
Selang
beberapa menit duduk saya di panggil abang- abang fotographer (Petugas Imigrasi Juga) untuk pemotretan.
Si fotographer mengatur posisi saya “1...2...3...
jpreeeet” (nggak gitu juga sih) “Dek
wajah Adek nggak bisa kebaca di sensor kamera” “Emang kenapa dengan wajah saya?
Saya manusia kok masa muka saya nggak kebaca sensor kamera” Tanya saya
dalam hati. “Dek Jilbabnya di naikin
dikit biar wajahnya bisa dibaca sensor kamera” Okelah bilang dari tadi kek bang
--__--“ Setelah sesi pemotretan dilanjutkan sesi interview, karena petugas
udah tau saya dari Unja saya nggak ditanya banyak Cuma ditanya identitas aja
and diminta datang lagi hari Selasa untuk pengambilan pasport.
Jam
9.45 WIB Sesi pemotretan dan interview selesai. Saya bergegas karena hanya
punya waktu 15 menit untuk sampai di kampus dan berharap “Masih bisa ikut uliah
walau beberapa menit”. Jam 10.00 WIB saya sampai diparkiran kampus dan bergegas
lari ke ruang kelas jeng.....jeng....jeng..... “Dosen baru keluar beberapa
detik yang lalu” T___T emang nggak jodoh sama tuh Dosen. Betul kata orang Jika
2 hal yang prioritasnya sama- sama penting maka harus ada yang dikorbankan.
0 komentar:
Posting Komentar